Skip to main content
Artikel

ANTARA PERANG CANDU DAN PERANG PROXY DI ERA MODERN

Dibaca: 561 Oleh 10 Jul 2020Desember 17th, 2020Tidak ada komentar
berita dan artikel 1
#BNN #StopNarkoba #CegahNarkoba

Dua ratus tiga puluh dua tahun yang lalu, William Jardine seorang dokter bedah dari Skotlandia lulusan University of Edinburg dan Royal College of Surgeons of Edinburg menjadi salah satu arsitek Perang candu yang berkecamuk di Tiongkok. Jardine awalnya berkarir sebagai dokter kapal di sebuah perusahaan perdagangan Inggris, East India Company.
Perusahaan Perdagangan tersebut merambah wilayah Asia Timur dan India. Setelah mendapatkan ilmu bisnis dari perusahaan perdagangan tersebut, Jardine akhirnya memutuskan untuk fokus berbisnis dan meninggalkan profesinya sebagai dokter. Ia memutuskan bergabung dengan sebuah Perusahaan produsen Opium di India dan mulai mengekspansi Tiongkok untuk menyebarluaskan dagangan opiumnya. Di Tiongkok, Opium tersebut ditukar dengan Sutra dan Teh. Melihat peluang bisnis yang sangat terbuka, armada perdagangan Inggris akhirnya membawa Opium dalam jumlah besar untuk diperdagangkan di Tiongkok. William Jardine dan James Matheson akhirnya bergabung, mereka adalah tokoh penting yang membuat perdagangan Opium di Tiongkok meningkat tajam, dari sekitar 4.000 peti (1 peti = 72 Kilogram) di tahun 1821 mencapai 98.000 peti (sekitar 7.000 Ton) di Tahun 1870-an.
Pemerintah Kerajaan Inggris sangat mendukung penjualan Opium tersebut dikarenakan keuntungannya yang besar. Jika dihitung dengan harga sekarang harga Opium saat itu sekitar Rp. 400.000/ gram. Terkait dengan peristiwa tersebut, lahirlah lembaga-lembaga keuangan seperti Bank.
Saat Tiongkok dikuasai oleh Dinasti Qing, Inggris kesulitan dalam memperdagangkan Opium di Tiongkok. Kemudian akhirnya terjadilah penyerbuan oleh Inggris ke Tiongkok yang hasilnya adalah kemenangan Inggris atas Tiongkok. Alasan kekalahan Tiongkok adalah karena banyak prajurit tiongkok pada saat itu menjadi pecandu berat opium. Prajurit Tiongkok dapat dikalahkan dengan mudah oleh para prajurit Inggris. Ujung dari kekalahan Tiongkok adalah, mereka harus menandatangani Perjanjian Nangking yang salah satu isinya adalah Inggris menguasai Hongkong selama 100 Tahun. Bukti sejarah atas kekalahan Tiongkok dari Inggris dikarenakan Opium, harus menjadi pembelajaran bagi Bangsa Kita.
Perang masa kini bisa disebut sebagai Proxy war yaitu perang tanpa bentuk yang terselubung dalam upaya menghancurkan suatu negara atau bangsa. Perang dengan mengangkat senjata sudah tidak terjadi saat ini di Indonesia. Narkoba adalah salah satu bentuk proxy war yang sedang mengancam Bangsa Indonesia. Narkoba bisa melemahkan sendi-sendi kehidupan negara dan bangsa dan narkoba bisa menjadi senjata membunuh karakter bangsa oleh suatu Invisible hand yang menginginkan bangsa kita hancur dan terpuruk agar mereka bisa menguasai Sumber daya alam yang negara kita miliki. Jika para pemuda sudah menjadi pecandu narkoba, tentara menjadi pecandu narkoba begitu juga para aparat hukum juga terlibat dalam menyalahgunakan narkoba maupun terlibat dalam peredaran gelap narkoba, ancaman kehancuran bangsa sudah berada didepan mata. Tentu kita sama sekali sangat amat tidak berharap kejadian Perang Opium di Tiongkok terulang lagi di Indonesia. Maka dari itu marilah kita bersama-sama mencegah penyalahgunaan narkoba dari mulai dilingkungan keluarga sendiri. Mari kita bersatu dalam memberantas narkoba, karena permasalahan narkoba tidak bisa tuntas jika hanya ditangani oleh BNN dan Polri. Masalah narkoba harus ditangani oleh seluruh elemen bangsa. Mari kita ambil pelajaran dari kekalahan Tiongkok dari Inggis ratusan tahun lalu, Karena kita semua tidak berharap Perang candu terulang lagi di Indonesia.
#StopNarkoba

Referensi : Kadarmanta, A. 2010. Narkoba Pembunuh Karakter Bangsa. Jakarta: Forum Media Utama.

Penulis : Achmad A. Aziz
Staf Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat BNN Kota Palangka Raya

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel