Skip to main content
Artikel

DAMPAK KESEHATAN, BAGI PENYALAHGUNA NARKOBA TERKAIT VIRUS CORONA COVID-19 YANG TERJADI SAAT INI

Dibaca: 11 Oleh 19 Mei 2020Desember 17th, 2020Tidak ada komentar
berita dan artikel 1
#BNN #StopNarkoba #CegahNarkoba

Sebagai masyarakat yang heterogen, penduduk Indonesia memiliki gaya hidup yang berbeda-beda. Gaya hidup masyarakat selain dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya. Meskipun demikian, norma-norma sosial yang cenderung menjadi lebih longgar, maka kontrol sosial kurang begitu berjalan. Dalam kondisi demikian maka masyarakat mudah terjerumus dalam gaya hidup tertentu, yang kadang justru bertentangan dengan norma sosial yang ada.
Peredaran narkoba marak terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Peredaran narkoba tidak hanya terjadi di wilayah perkotaan, tetapi juga di wilayah perdesaan. Peredaran narkoba yang marak itu antara lain dapat dilihat pada keberadaan kampung-kampung yang diindikasikan sebagai kampung narkoba (BNN dan PMB LIPI, 2018). Disebut kampung narkoba karena di tempat itu mereka seakan-akan “leluasa” melakukan transaksi narkoba. Keberadaan kampung yang dikenal dengan sebutan kampung narkoba itu antara lain terdapat di Jakarta, seperti: Kampung Ambon (Kompleks Permata) di Jakarta Barat, Kampung Berlan di Jakarta Timur, Johar Baru di Jakarta Pusat, Kampung Boncos di Palmerah, Jakarta Pusat, Kampung Bahari di Jakarta Utara, Kampung Peninggaran di Jakarta Selatan, dan sebagainya. Selain di Jakarta, kampung-kampung narkoba juga tersebar di wilayah-wilayah lainnya, misalnya Kampung Beting di Pontianak; Kampung Aceh, Muka Kuning, Tanjung Piayu dan Simpang Jam di Batam, dan di Kota Palangka Raya , dikenal dengan PUNTUN sering terjadi transaksi dan penyalahgunaan narkoba dikawasan tersebut.

Baca selengkapnya di artikel “Efek Sabu-Sabu bagi Kesehatan: Gangguan Emosi Hingga Kematian”, sistem kekebalan tubuh yang disebut sel-sel penekan yang berasal dari myeloid. Sabu-sabu memberikan efek menyenangkan pada penggunanya. Ini bisa terjadi karena saat mengonsumsi sabu-sabu, tubuh akan melepaskan neurotransmiter dopamin dalam jumlah yang besar. Dopamin merupakan zat kimia yang dapat meningkatkan motivasi, kebahagiaan, dan kemampuan motorik. Zat ini akan bekerja pada bagian otak yang menyebabkan seseorang selalu tergoda untuk mengonsumsi lebih banyak sabu-sabu. Dalam banyak kasus ‘pesta sabu’, para penggunanya akan berpesta dengan hanya mengonsumsi sabu-sabu selama beberapa hari tanpa makan makanan apa pun.

Secara fisik, orang yang menggunakan sabu-sabu akan bernapas lebih cepat, jantung berdetak lebih cepat dan tidak teratur, suhu tubuh meningkat, dan tekanan darah tinggi. Orang-orang yang menggunakan sabu-sabu biasanya akan mengalami gejala psikis seperti paranoid, agresif, halusinasi baik pada penglihatan maupun pendengaran, gangguan mood, dan delusi.

Menurut Medical News Today, penggunaan sabu-sabu meningkatkan risiko penyakit jantung seperti nyeri dada, detak jantung abnormal, serta tekanan darah tinggi. Hal ini akan mengarah pada diseksi aorta akut, serangan jantung, atau kematian jantung mendadak bahkan saat pertama kali seseorang menggunakannya.

Sekitar 20 persen pengidap virus corona di tiongkok mengalami kerusakan jantung selama dirawat dirumah sakit.dan Studi lain menemukan sekitar 16 persen pengidap mengalami aritmia.
Tidak sampai disitu saja, laporan lain menunjukan bahwa penidapmengalami gagal jantung akut, serta serangan jantung setelah dinyatakan sembuh dari infeksi virus corona.Mereka yang sudah memiliki penyakit bawaan sebelum terinfeksi virus corona. Mereka yang sudah memliki penyakit bawaan sebelum terinfeksi virus corona bisa saja mengalami miokarditis.
Pengidap covid-19 yang sudah memiliki sindrom gangguan pernapasan sebelumnya bisa saja mengalami sindrom gangguan pernapasan akut setelah dinyatakan sembuh dari virus corona. Jika hal tersebut terjadi, kehilangan nyawa merupakan risiko paling parah yang bisa dialami oleh pengidap, karena mereka bisa mengalami kegagalan pernapasan yang disebut dengan sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS)
ARDS AKAN membuat mereka menggunakan alat bantu bernapas yang disebut dengan ventilator.Alat bantu napas tersebut secara signifikan mampu mengurangi kalitas hidup seseorang. Bukan hanya itu saja pengguna ventilator dalam waktu lama juga mampu meninggalkan jaringan parut di organ paru-paru.
Efek jangka panjang infeksi Covid-19 pada organ paru dapat terjadi karena pengidap mengalami penurunan fungsi paru-paru sebnayak 20-30 persen setelah pase pemulihan.
Saat-saat seperti sekarang dimasa Pandemi Corona Virus Covid-19 menjaga kesehatan Tubuh sangat lah penting bagi kita semua, mari kita selalu sealu berupaya menjauhi narkoba dan obat-obat terlarang lainya.Terimakasih.

Cranston Allan Sitompul, SH

staf BNN Kota Palangkaraya.

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel